JAKARTA, KOMPAS.com - Stadion adalah tempat para suporter meluapkan segala bentuk dukungan pada klub kesayangan masing-masing. Bentuknya beragam, dari menyanyikan jingle-jingle klub, yel-yel dukungan, hingga teriakan-teriakan bernada panas ke arah pemain dan suporter lawan. Situasi tersebut turut berpengaruh pada suhu pertandingan di dalam dan di luar lapangan. Ibarat petasan, euforia dukungan di stadion adalah pijaran api dan letusannya. Tapi, di mana letak sumbunya?
Wilayah terpanas yang menjadi ajang persaingan antarsuporter sebenarnya bukanlah kawasan stadion tempat pertandingan sepakbola berlangsung. Titik pemicu atau sumbunya adalah lokasi atau wilayah-wilayah perbatasan di mana suporter masing-masing klub bermukim.
Dalam kasus terbunuhnya tiga orang di kawasan Stadion Gelora Bung Karno, Minggu (27/5/2012), sumbunya bisa jadi adalah wilayah pinggiran Jakarta. Berjalan menyusuri wilayah perbatasan Jawa Barat dan Jakarta, seperti Bekasi-Karawang atau Depok sekalipun, jamak terlihat adanya persaingan yang sudah mendarah daging dalam kehidupan harian. Mural/grafiti dan coretan-coretan di tembok-tempok dan wahana lainnya merupakan media ekspresi yang menggambarkan kerasnya gesekan antarkelompok.
"Benar, di wilayah kota Jakarta sendiri persaingan terbuka itu kurang terlihat. Di wilayah pinggiran malah yang biasanya panas," kata Richard Achmad Supriyanto, Sekretaris Jenderal The Jakmania.
Ia menjelaskan, bara permusuhan itu mulai tumbuh sejak awal tahun 2.000-an saat spirit Jakmania mulai bertumbuh di kawasan pinggiran. Dari kawasan Cikampek, Karawang, Bekasi hingga Bogor dan Cibinong serta Tangerang mulai tumbuh basis-basis suporter Persija. Keberadaan mereka jelas mengusik pendukung klub yang sebelumnya menguasai wilayah tersebut, seperti pendukung Persib Bandung, kelompok suporter Persikabo, dan Persita Tangerang maupun Persikota Kota Tangerang.
"Kami punya sekitar 1.000 anggota di Karawang saja. Daerah Bekasi, Bogor dan sekitarnya juga banyak," kata Richard.
Sejak saat itu, bara-bara permusuhan antarsuporter merasuk hingga keseharian pendukung masing-masing kubu. Bentrokan kecil-kecilan kerap meletus, terutama di kalangan remaja dan pemuda yang menjadi suporter masing-masing kesebelasan, termasuk dalam hal sepele. Gelora dendam dan spirit dukungan tersebut tertuang sepenuhnya saat pertemuan dua klub kesayangan masing-masing di stadion. Tak heran bila pemicu kerusuhan di GBK disinyalir karena adanya penghadangan terhadap suporter tertentu di wilayah Cikampek. Wilayah pinggiran menjadi sumbunya, stadion dan kawasan sekitarnya menjadi pijaran letusan persaingan antarsuporter.
0 Komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !